The End of Journey

4 Sept, 2010
Dulles, Washington D.C

Aku ingat, ketika kami meninggalkan Holiday inn, Dulles. Malam itu, kami tidak membayangkan saat-saat kami harus meninggalkan Amerka Serikat. Ya, program IYLP 2010 selama sebulan telah berakhir dan kami harus kembali ke tanah air. Aku menganggap bahwa tugas kami sebagai duta bangsa telah berakhir pula. Sebulan mungkin waktu yang lumayan singkat untuk semua pengalaman yang telah aku peroleh, mungkin juga mereka.

Aku masih ingat beberapa pengalaman ketika kami akan meninggalkan tempat itu. Perjalanan dari Virginia selama 4 jam membuat kami sedikit lelah. Jadi, kami hanya melepas kepenatan dengan berbincang-bincang, mencoba mengingat lagi pengalaman yang telah kami alami.

Saat makan malam, kami mengadakan acara perpisahan. Semua dari kami mengungkapkan segala sesuatu tentang hal yang mereka dapatkan serta suka duka mereka selama program ini berlangsung. Saat itu, aku merasakan hal yang sama ketika malam terakhir di GYV, Virginia. Malam itu semua lampu dipadamkan, masing masing dari kami diberi lilin dan kami menyalakannya dari satu teman ke teman yang lain. Bukan cuma cahaya lilin, cahaya bintang dilangit pun begitu indah. Rasa haru itu hampir sama.

Malamnya kami berkunjung ke toko souvenir untuk menghabiskan dollar kami. Katanya kalau dollarnya dibawa kembali ke Indonesia, bisa saja harganya bisa turun kalau ditukar ke rupiah. Itulah salah satu alasan kami berbondong-bondong ke toko souvenir. Aku membeli sebuah pajangan serta beberapa koran Amerika untuk oleh-oleh.

Paginya kami berkemas-kemas untuk mempersiapkan keberangkatan kami. Suzanne dan Roya mengantarkan kami ke bandara. Sementara Shanty dan Khaled hanya melepas kepergian kami dari hotel.

Setibanya di bandara, kami menurunkan barang dari bus serta mempersiapkan surat-surat untuk keberangkatan. Aku juga teringat ketika penimbangan barang. Koperku overload. Untung saja petugas yang entah siapa namanya berbaik hati. 

Kami melanajutkan perjalanan, mengucapkan salam perpisahan kepada Suzanne dan Roya, terima kasih untuk semuanya. Sebelum berangkat kami sempat membeli es krim. Es krim itu adalah es krim terakhir yang kami beli di Amerika dan mungkin es krim terenak yang aku makan di sana. Aku sempat ragu untuk membelanjakan quarterku. Soalnya setahu kami koin quarter *koin 25 sen* dari beberapa negara bagian di Amerika serikat gambarnya berbeda-beda. 

Me and Yahya @Dulles 

Ferry temanku berkata "Udahlah Qis, belanjain aja. Ntar bakalan balik ke sini lagi kan?". Entah kenapa aku begitu mempercayai ucapannya. Aku berharap itu benar-benar terjadi. 

Kami berjalan menuju United Airlines, burung  besi yang akan membawa kami ke Narita, Jepang.  Yap, perjalanan di atas 36000 kaki dimulai. Kurang lebih 13 jam. Setelah tiba di Jepang, pukul 4 sore waktu setempat kami transit di sana dan kami sempat menjelajahi Narita dalam waktu 1 jam. Jepang begitu hebat. Aku sempat ke toilet dan semuanya canggih. Aku belum pernah melihat toilet yang mengeluarkan suara, mencoba mesin pencuci tangan otomatis yang hidup bila kita meletakkan tangan di bawah krannya. 


Me and Sasky @Narita, Japan

Kami melajutkan perjalanan dari Jepang ke Changi, Singapura. Perjalanan ke Singapura memakan waktu kurang lebih 7 jam. Kami transit dan menginap di sana semalam. Setibanya di sana kami tidak tidur. Aku dan temanku berjalan mengelilingi Changi Airport. Changi lengkap dan bersih. Seandainya Indonesia punya bandar udara seperti tu, alangkah bangganya aku. Kami main game, menggunakan fasilitas internet sesukanya,  keluar masuk toko dan berburu makanan. 

Paginya, kami bersiap-siap menuju Jakarta, Indonesia. Perjalanan selama 2 jam itu berakhir dan kami harus berpisah. Sebagian dari mereka ke Gorontalo, sebagian lainnya kembali ke Cilegon, dan kami kembali ke Batam. 

Ketika di Soekarno Hatta, aku tidak percaya bahwa kami akan berpisah. Waktu berjalan begitu cepat rasanya hingga kami harus mengalami perpisahan. Rasanya ingin aku ulang semuanya.

IYLP @Soekarno Hatta

Kami melanjutkan perjalanan ke Batam. Pesawatnya delay. Pada saat di Jakarta juga culture shock itu mulai datang. Keadaan toilet, kedisiplinan, keramah tamahan, semuanya sangat berbeda. Aku terlalu larut dalam pengalamanku. Semuanya begitu hebat. Dan berakhirlah perjalananku pada Jumat, 6 Agustus 2010 sore.

Komentar

  1. aku jadi sedih bacanya,,
    aku yakin ko bisa kesana lagi neng,dan ko juga yakin itu,aku pasti doain ko

    BalasHapus

Posting Komentar

Ada pertanyaan, kripik dan saran?

Postingan Populer