Sehari di Bukittinggi (Part II)
Jam Gadang
Keesokan harinya, kita planning melancong ke Bukittinggi. Dari Batusangkar naik mini bus menuju Bukittinggi. Sawah hijau terhampar di kanan kiri jalan.
Setiap berjunjung ke Bukittinggi, kurang afdol rasanya kalau nggak ngunjungin landmark-nya. Apalagi kalau bukan Jam Gadang. Literally, jamnya emang besar. Letak Jam Gadang ini persis di jantung kota.
Look at the IV closer. It's IIII |
Buat yang hobi narsis, yang nggak hobi juga nggak apa-apa, Jam Gadang ini spot wajib buat foto-foto. Ada juga badut dengan berbagai macam karakter seperti Naruto, Pooh, Doraemon dan lain-lain. Badut ini datang tanpa dipanggil, dan pulang tanpa diantar. Tiba-tiba pas kamu mau jepret, badutnya nongol aja di kamera. Mereka banyak! Misalnya kalau kamu lagi foto-foto dia datang. Beberapa saat kemudian, bakal ada badut lain yang muncul entah darimana. Udah kayak penampakan D: Kaget-kaget deh yang motoin :3
Biasanya sekali foto buat orang awam yang nggak tahu apa-apa bisa dimintain Rp 20.000. Cuma kalau kamu udah nolak berkali kali, biasanya harganya turun bisa sampai goceng doang untuk sekali foto.
Biasanya sekali foto buat orang awam yang nggak tahu apa-apa bisa dimintain Rp 20.000. Cuma kalau kamu udah nolak berkali kali, biasanya harganya turun bisa sampai goceng doang untuk sekali foto.
Disclaimer:
Saya bukan mantan badut, atau mantan badutnya, tapi wisatawan lokal yang jalan-jalan terus didatangi badut yang tak diundang. Mereka nggak tahu beda wisatawan kere dan berduit.
Bendi
Ini bendi. Kalau dalam bahasa Indonesia disebut delman. Keunikan bendi ini adalah kudanya jalan keliling kota. Mungkin buat orang yang tinggal di salah satu kota besar seperti Batam, ngeliat kuda di jalan aja nggak pernah. Mungkin sekalinya liat bakalan kayak, 'Ih, lucuuu!!! Naik yuk naik yuuuk!' Apalagi bendi ini eco-friendly beda sama angkot, tanpa bensin dan polusi. Kudanya cuma keluarin ranjau dan itupun udah ada 'pempers'-nya. Bendi ini masih eksis di Sumatra Barat. Di Padang juga ada lho!
Bendi on a main street :3 |
Saya juga nggak ngerti status kuda ini gimana. Apakah kusirnya juga butuh SIM (Surat Izin Mengendarai kuda supaya baik jalannya) biar nggak ditilang di lampu merah. Atau mungkin speed kudanya nya bisa diatur 40 km/jam biar nggak dikira lagi berkendara liar, atau kusirnya harus menggunakan helm SNI biar aman. Terlepas dari itu, buat kamu yang belum pernah melihat kuda atu naik kuda sebelumnya, naik bendi ini worth it to try.
Capek berputar putar keliling pasar dan nampang di depan Jam Gadang plus lelah menghindari badut, saya pun duduk di depan Jam Gadang. Kebetulan ada yang jualan ginian. Nggak tau namanya apa yang pasti enak.
Here's the vendor |
Yap. Itu kerupuk. Cara berjualannya cukup kreatif. Pakai gerobak. Ramah lingkungan karena nggak pake bakar-bakar atau goreng-goreng. Kata mama saya, ini jajanannya pas sekolah dulu. Kerupuk dengan kuah sate dan toppingnya emieee! Bukan emaaak!
So delicious! You should try this :9 |
Don't ya feel hungry, guys? :3 Rasanya kalau Pak Bondan bilang itu maknyusss. Kerupuknya jumbo banget dan nggak habis-habis kalau dimakan.
Setelah makanin kerupuknya sampai habis, kita pun melanjutkan perjalanan ke Benteng Fort De Kock peninggalan zaman Belanda dan makan siang di sini. Setelah itu kita lanjut ke Taman Margasatwa lewat Jembatan Limpapeh. Jembatan ini adalah penghubung antara benteng dan kebun binatang. Di bawahnya bukan sungai, tapi jalan raya. Kalau jatuh bukan hanyut, tapi bikin kepala bocor nabrak aspal.
Uwo - Upi - Tek Ya (Dari kiri ke kanan) |
Gambar jalan dari atas jembatan |
Di Taman Margasatwa kita cuma berputar dan mencoba mengingat kembali nama-nama binatang. Dan bahkan saya bingung beda kancil sama rusa. Masa kecil saya ternoda D: Damn stupid, I know :D
Salah satu view dari Taman Margasatwa |
Nggak tahu gimana ceritanya, saya, Sri, tante saya dan Luthfi (ponakan gue meen!) dadakan pergi ke Payakumbuh. Kita naik bus dan rasanya Padang banget lah. Naik bus, kiri kanan jalan ada sawah. Ditambah lagi ada lagu minangnya. Waktu itu yang diputar lagunya Ratu Sikumbang. Penyanyi Minang yang cukup terkenal. Ini saya tambahin videonya :v
Gimana udah dapat feel Minangnya? :3 Setibanya di Payakumbuh, kita nginap di rumah sepupu saya, panggilan akrabnya Uda. Nginap?! Iya. Dan yang lebih buruk saya nggak tau bakalan nginap di sana dan yang jelas saya nggak bawa apa-apa termasuk baju ganti dan perlengkapan ganti. Hell yeah, adventure seems about to begin.
Foto: Dokumentasi pribadi
Komentar
Posting Komentar
Ada pertanyaan, kripik dan saran?