Pengalaman Bareng PMI (Pekerja Migran Indonesia)
Kerja ngurusin PMI (Pekerja Migran Indonesia) yang dulu disebut TKI (Tenaga Kerja Indonesia) tiap hari di kantor, terus ketemu banyak orang dari macem-macem daerah dengan karakter yang beragam. Ada yang sopaaaan banget, yang nyentrik, yang diem, yang bikin kita tidak bisa berkata-kata, terdiam membisu dan terkadang mbatin. Beragam bangetlah yang dihadapin.
Nah, postingan ini didedikasikan buat dokumentasi pengalaman kita (saya dan teman-teman) selama ngurusin PMI. So, here it is, segelintir cerita based on experience saya, dan cerita dari teman-teman di kantor :)
Oh iya, sebelumnya penjelasan sedikit mengenai PMI. PMI adalah Pekerja Migran Indonesia. Istilah ini sekarang mulai dipakai untuk menggantikan istilah yang lama, yaitu TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Tujuannya untuk mengubah image TKI yang selama ini negatif di masyarakat.
Istilah PMI ini ga ujug-ujug langsung diganti lho. Jadi emang ada peraturan tentang PMI ini sehingga kita mengubah istilah TKI jadi PMI. Jadi gak asal simsalabim cling terus berubah. Bisa dilihat di UU No. 18 tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia. Di sini udah memakai istilah PMI.
Lanjut yak, ini ceritanya random soalnya gak inget timeline.
PMI Kinyis-Kinyis
Sesuai dengan Undang-Undang No. 18 th 2017 tadi, usia minimal untuk menjadi seorang PMI adalah 18 tahun. Pas banget umur segini nih pada baru lulus SMA/SMK. Pilihannya kalau gak kuliah ya kerja, termasuk menjadi PMI.
Beberapa kali saya pernah menemui CPMI (Calon Pekerja Migran Indonesia) yang masih muda-muda ini. Jadi alurnya kalau di kantor tuh permohonan berkas, terus verifikasi, CPMI dateng untuk verifikasi data alias kita wawancarain itu CPMInya, terus di-ID. Fungsinya biar data yang kita input ke sistem ini valid.
Di satu kesempatan ada nih anak masih muda, tampang masih polos, keliatan baru lulus sekolah. Yaudah dong, sebagai verifikator ya kita tanyain dari namanya siapa, tinggal dimana, mau kerja jadi apa dan sebagainya.
"Mas, ini tempat tanggal lahirnya dimana ya?"
"...." (ngomong bisik-bisik)
"Dimana mas?"
"...." (masih ngomong bisik-bisik)
"Mas, yang keras mas ngomongnya, hidup di negara penempatan itu keras~"
Akhirnya dia jawab pertanyaan dengan lebih lantang dan tegas.
Ada lagi CPMI yang mau ke Malaysia karena orangtuanya di sana. Dia nyusul ortunya.
"Mas, ini kenapa berminat mau belajar ke Malaysia"
"Ibu bapak saya di sana mbak"
"Jadi selama ini di kampung tinggal sama siapa?"
"Dari kecil saya tinggal sama nenek"
Oke, seketika sedih liat anak yang terpisah jauh dari orangtua kayak gini. Beberapa kasus yang saya temuin, mereka kerja ke luar negeri buat nyusul orangtua, atau ngerantau biar dapat pekerjaan daripada nganggur di Indonesia.
Cerita lain nih ada PMI yang abis kontrak ceritanya. Jadi kita data deh di pelabuhan. Terus waktu kapalnya sandar, ternyata semuanya cewe dan itu masih pada muda-muda. Umurnya rata-rata baru 20 tahun coy!
"Mba, muda banget nih masih 20 tahun. Udah kerja berapa lama mba?"
"2 tahun. Waktu lulus SMA langsung berangkat ke Malaysia"
"Terus abis ini mau balik lagi ke Malaysia ngga?"
"Engga mba, mau di Indonesia aja"
Harapan saya buat yang muda-muda coba terus upgrade skill. Semoga dapat kerjaan yang bagus di Indonesia. Gimana pun di negara sendiri lebih nyaman :) Etapi kalau mau di luar bisa nyobain program G2G BP2MI ke Jepang sama Korea. Lengkapnya bisa liat di sini yaa
PMI Gokilll :(
Banyakan yang gokil ini yang bermasalah alias PMI-B (PMI Bermasalah). Pernah satu kejadian ada PMI deportasi ke Indonesia dari Malaysia. Rutenya pemulangannya Malaysia - Batam - Karimun - terus Selat Panjang sebagai daerah tujuan PMI ini (kalo ga salah).
Pada suatu hari, ini PMI mau kita pulangin Selat Panjang via Karimun, udah dinaikin ke kapal. Dan ternyata waktu kapalnya sandar di Karimun, PMInya gak ada. Parah emang, sampe pada heboh sekantor gara-gara PMI kok bisa hilang.
Beberapa bulan kemudian, ada lagi deportasi. Pas pendataan di kantor, ada muka familiar yang ternyata itu PMI yang hilang tempo hari bulan! Alesannya kenapa kok bisa hilang, "saya ketiduran di kapal, pak". Ternyata setelah dideportasi, bapak ini kembali lagi bekerja secara unprosedural ke Malaysia dan ketangkep lagi. Gila ni bapak-bapak kaga ada kapoknyeee!
Kisah lainnya adalah PMI-B yang rada 'goyang'. Pada suatu hari di kantor, kedatangan PMI deportasi lagi. Salah satunya rada-rada. Jadi beliau ini udah ibu-ibu gais, terus gak tau kenapa, salah satu staff di kantor dianggep anaknya dia.
Suatu pagi, ibu-ibu ini masuk ke kantor kita. Jadi kantor kita ada 4 lantai. Lantai pertama kantor yang ada partisi kacanya. Terus lantai 2, 3, dan 4 adalah shelter. Jadi entah gimana ceritanya, PMI goyang ini masuk ke kantor pas pagi.
Ibu ini diam aja di dalem ruangan yang dipartisi kaca, diam berdiri. Jadi pas ada staff yang mau masuk ke dalem ruangan itu, ternyata dikunci dari dalam. Pas staff minta tolong bukain pintu ke ibunya, beliau bilang "saya lagi doa," terus tetep berdiri diem di sana.
Setelah sekian lama kita bujukin minta bukain pintu, dia ga bergeming juga. Sampe suatu ketika, dia ngancem mau bunuh diri. Anjay bangetlah haha pada stress kita, takutnya bunuh diri beneran soalnya di meja ada atk termasuk gunting. Takutnya tiba-tiba mengakhiri hidup kan kita yang repot. Akhirnya setelah ga mau dibujuk sama staff yang dianggep anak, pintu kantor dibuka paksa. Terus ibunya diamankan biar ga macem-macem.
Sehari sebelum dipulangkan ke daerah asal PMInya bilang "Mbak, nanti saya kalau berangkat mau sepatu baru, pakai lipstik". Akhirnya dibeliin ama staff kita yang juga sekalian dampingin ke kampung halaman. Untung ga ada kejadian apa-apa di pesawat. Fyuhhh~
PMI High Class
Temen saya dapat tugas buat fasilitasi PMI dari Maldives. Maldives cuy, yang banyak resort-resort sama tempat wisata. Yang kerja juga pasti ngga sembarangan orang. Temen saya masuk ke dalam grup pemulangan mereka.
Beda negara penempatan, beda juga karakter PMInya. Nah yang PMI Maldives ini ya jelaslah ya lebih pinter. Kalau ngomong, anak Jaksel yang wicis-wicis mah lewatttt hahaha ngomongnya setengah Indo, setengah Inggris. Kalo ada pengumuman apa gitu di grup WA, mereka replynya "noted", "noted". Kalau mau nanya "ma'am, question". Kekinian bangetlah.
Terus dapet cerita pas mereka dianterin balik naik Pelni, gayanya pada kece-kece badai. Pake kaca mata hitam, topi pantai. Pokoknya PMI dari sini modis, necis, sadis. Bikin kita mati gaya deh pokoknya.
PMI Pindah Kampung
Di bagian verifikasi, kita ngecekin semua berkas-berkas CPMI baik itu paspor, KTP, KK, perjanjian penempatan dan segala macam. Terus mereka datang untuk verifikasi data. Suatu hari, kantor kedatangan serombongan CPMI dari Jawa dengan tujuan ke Malaysia. Kerja di bidang konstruksi.
Beberapa bulan kemudian, datang lagi segerombolan CPMI dari Jawa. Salah satu namanya familiar, perasaan pernah liat dimana. Setelah dicek ternyataaaa ibu ini yang suaminya beberapa bulan lalu berangkat ke Malaysia.
"Bu, ini kalau ngga salah suaminya kerja di Malaysia ya?"
"Iya mba, ini ada kerjaan di tempatnya, jadi saya diajak"
"Kerja tempat suaminya ya bu? Kerja jadi apa bu?"
"Konstruksi mba"
"Waduh, kuat bu?"
..... (ceritalah si ibu itu)
Oh iya, barusan abis browsing kerjaan konstruksi buat cewe itu gimana dan nemu satu video ini. Kalau di Indonesia jarang banget kayaknya cewe kerja bangunan.
Beginilah migrasi ke Malaysia sering terjadi. Engga jarang diajak orang terdekat. Entah itu suami ngajak istri, orangtua ngajak anak, atau om-om ngajakin dede gemes.
PMI Ga Tau Apa-Apa :(
Hal gemes lainnya yang suka bikin geregetan adalah CPMI yang pas ditanya always ga tau. Ditanya ini ga tau, ditanya itu ga tau. Sad emang, padahal bakal kerja jauh. Padahal hal yang ditanyain itu yang esensial.
"Mas, mau kerja dimana?"
"Malaysia mba"
"Malaysia dimana? Di perusahaan apa?"
"Di Johor, nama perusahaannya lupa"
"Gajinya tau berapa?"
"Belum tau mba"
"Ini perjanjiannya penempatannya udah ditanda tangan loh mas, coba baca dulu. Ntar saya kasi kuis"
Kalo bener dapet piring cantik.
Padahal ini jatohnya PMI prosedural, cuma mereka masih ga tau hak-hak dan kewajibannya. Ya minimal harusnya tau nama perusahaan tempat bekerja, lokasinya, gajinya. Yang prosedural aja sering begini, gimana yang unprosedural tanpa kontrak kerja? :)
PMI Pinter
Berdasarkan data dari BP2MI, mayoritas PMI pendidikannya SMP. Bisa dilihat di tabel berikut yang diambil dari sumber air sudekat di sini https://bp2mi.go.id/statistik-detail/data-penempatan-dan-perlindungan-tki-periode-tahun-2019
Pendidikan PMI 3 tahun terakhir |
Dari data bisa keliatan bahwa yang jadi PMI pendidikannya kebanyakan SD, SMP, SMU. Kalau sarjana dan pasca sarjana mesti kerjaannya bukan kerjaan kaleng-kaleng.
Nah, suatu hari, saya verifikasi satu CPMI yang nyantumin ijazah sarjana. Keren-keren bertitel sarjana kenapa minat jadi PMI, kan? Apalagi jurusannya kekinian banget kalau menurut saya, anak ilkom. Why men, why milih buat jadi PMI?!
"Kenapa mas pengen jadi PMI? Keren nih anak ilkom"
*ketawa dong dia*
"Mau cari pengalaman aja mba, cari kerja"
Semoga orang-orang model gini dipermudah rejekinya.
Di waktu yang lain, ada lagi PMI yang udah khatam bolak balik kerja di Malaysia. Udah 7 tahunan kalo ga salah. Si bapak ini entah karena udah kerja lama atau detail-oriented, semua dokumen yang kita keluarkan dicek lagi sama bapaknya. Jadi setelah saya input IDnya, bapak ini ngecek.
"Pak, detail banget pak ngeceknya"
"Iya mba, biar ngga ketangkep di Malaysia. Salah satu huruf aja bisa ketangkep"
Seneng kalau ada model orang ngerti aturan dan teliti kayak gini. Kadang banyak juga tuh yang nama sama tanggal lahir ngga selaras tapi selo ae :(
PMI Internesyenel
PMI yang model kerja di macem-macem negara. Pernah beberapa kali kita kedatangan PMI yang mau memperbarui E-KTKLN. Rencananya mau kerja di Singapura. Cuma sebelumnya udah kerja di Hongkong. Iseng dong nanyain, kok pengen pindah negara?
"Mbak kok pindah negara? Majikan yang lama baik ngga?"
"Baik mba, cuma saya mau cari pengalaman. Terus mau belajar Bahasa Inggris"
"Emang selama ini sama majikan pake bahasa apa?"
"Pakai bahasa mandarin"
FYI kalo domestik worker di Hongkong atau Taiwan nih menurut saya bukan sembarangan. Soalnya mereka pake bahasa Mandarin. Gajinya juga gede, cuma ya pasti lebih berat kalau kerja di negara orang :(
Semoga PMI yang pinter dan rajin belajar model gini pada sukses! Yakin deh pulang-pulang udah bisa buka les-lesan. Terus bisa nawar ke cece-cece koko-koko di pasar kalo balik ke Indo.
PMI Rasa PR
Pernah ada PMI re-entry yang datang dari Singapura. Ibu ini kerja sebagai domestic worker dan udah kerja sekitar 10 tahun. Katanya udah gak ada keluarga lagi di kampung. Jadi si Ibu sama majikan udah dianggep keluarga gaiss~
PMI Beda Data
Salah satu hal yang sering ketemu adalah perbedaan data di KTP sama Paspor. Ada yang namanya beda huruf, beda spasi, ditambah-tambahin dan sebagainya. Terus ada yang beda tanggal lahir, beda bulan ada, beda tahun ada.
Yang parahnya tuh kalau nama di paspor sama nama di KTP bisa beda. Bukan satu huruf, tapi bisa beda satu kata. Entah gimana ceritanya dokumen resmi cuma ga sama, dan kejadian kayak gini lumayan banyak.
Kadang suka bingung pas nginput, karena belom ada aturan teknis yang jelas :)
PMI Taubat
Suatu hari datanglah PMI yang mau nge-ID di kantor. Si bapak ini udah kerja sekitar 3 tahunan di Malaysia. Cuma selama ini 'melancong'. Istilah melancong buat PMI ini adalah mereka kerja tanpa dokumen lengkap dan biasanya modal paspor doang bolak balik, tanpa visa kerja.
"Kenapa pak pengen legal sekarang?"
"Biar aman mbak"
Apresiasi buat bapak ini karena sudah mau mengikuti prosedur dan melengkapi dokumen-dokumen untuk bekerja sebagai PMI.
Ngomong-ngomong kalau PMI kerja di luar negeri, dan mereka ngelapor ke BP2MI, kita mensyaratkan untuk bikin BPJS PMI untuk perlindungan seandainya ada apa-apa di negara penempatan misalnya ada kecelakaan kerja yang kita doain ga kejadian.
Terus kasus lain, pernah ada PMI-B (PMI Bermasalah) yang tinggal di shelter kurang lebih dua minggu. Ngga sendirin gais, bareng sama istri dan anaknya juga. Ceritanya abis keluar penjara, terus dipulangin ke kita. Ini posisi anak sama istrinya juga ditahan. Dan anaknya lahir di Malaysia. Umur anaknya ada kali 2 tahunan. Jadi pas dideportasi itu satu rombongan.
Si bapak udah tinggal kurang lebih 10 tahun di Malaysia. Masalahnya kenapa ketangkep adalah karena dokumen-dokumen yang ngga lengkap. Setelah beberapa bulan ditahan, akhirnya bisa dipulangin sama KJRI dan diserahin ke kita buat difasilitasi balik ke kampung halaman.
Waktu nanya ke bapaknya, after all these years kerja di Malaysia, bakalan balik lagi ga sih? Dan jawabannya gak bakal balik lagi ke Malaysia. Gimana pun masih enak di negara sendiri. Terus bapaknya inisiatif pengen pindah ke Kalimantan dong kerja sawit wkwkwk emang visioner banget deh, soalnya dulu di Malaysia kerja sawit. Terus sodara-sodaranya banyak yang pindah ke Kalimantan juga buat cari kerja dan udah pada sukses. Jadi bapak ini berniat untuk mengikuti jalan ninja sodara-sodaranya gais.
***
Intinya sih kalau kerja di luar negeri pastikan semua dokumen lengkap. Meskipun kadang syaratnya agak ribet kayak harus ada kontrak kerja yang dileges sama KJRI/KBRI kalau mau ngajuin E-KTKLN. Meskipun sebenernya udah ada paspor, kontrak kerja dan visa kerja.
Ribet karena kita punya aturan sendiri, dan negara penempatan punya aturan mereka sendiri juga. Bagian dari birokrasi gais, soalnya di kantor banyak yang gak jadi ngelapor karena kendala di kontrak kerja, sebab kebanyakan gak dileges KJRI/KBRI. Cuma yang namanya prosedur ya wajib diikutin.
Tetap kordinasi/lapor sama instansi terkait seperti BP2MI atau Kemlu di KJRI/KBRI negara penempatan. Semoga juga masalah-masalah terkait PMI ini berkurang. Kalau ada masalah di negara penempatan silahkan hubungi perwakilan Indonesia (KBRI/KJRI/KDEI), atau hotline BP2MI
Call Center
Telepon Halo TKI: 08001000
Faksimili: (021) 29244810
Telepon dari luar negeri: 6221 29244800
Email: halotki@bnp2tki.go.id
Sementara itu dulu, cerita ini bakal terus diupdate kalo ada yang seru :)
Pengalaman yang seru
BalasHapus