Pengalaman Kuliah di SOAS University of London
This post is dedicated to cherish my university life in London!
SOAS University of London. Kampus apa ini?
Pertama kali tau tentang SOAS sekitar tahun 2013, waktu itu nyari kampus buat S2 dan nyari program development. Pertama kali browsing dan menemukan SOAS kayak, "Hah? Kampus apaan ini? Kok ga terkenal?" Kemudian 10 tahun setelahnya, hidup membawa saya ke SOAS #jodohtidakkemana #jodohtidaktertukar 😂
Pengalaman saya di SOAS University of London sebagai mahasiswi master cukup berkesan. Rasanya SOAS itu klik aja di saya. Kampusnya kecil cuma vibrant, you got this quirky vibe about SOAS however it just feels so right to be here.
Minggu pertama di SOAS biasalah ya, membangun relasi jaringan pertemanan. Waktu datang ke Paul Robeson House (PRH) udah kenalan dengan beberapa anak Indo. Jadi hari pertama ke SOAS udah kenal beberapa orang. Datang ke SOAS duduk di rerumputan. Keliatan banget kalau anak Indo lagi ngumpul.
Untuk pendidikan master di UK durasinya setahun. Perkuliahan di UK dibagi jadi 3 term, untuk 1 term durasinya sekitar 3 bulan perkuliahan. Term pertama dimulai dari September. Ini berasa banget pendeknya karena emang cukup padat dan masih masa adaptasi.
Program yang saya ambil di SOAS ada migration, mobility and development karena emang kerjaan yang ngurusin pekerja migran Indonesia jadi ngambil jurusan yang ada migration-migration-nya. Btw program ini isinya sekitar 20 orang dan berasal dari macam-macam negara.
Di term pertama saya ambil 4 mata kuliah, dan term 2 juga 4 mata kuliah. Sebelum perkuliahan mulai wajib baca materi yang akan dibahas karena begitu masuk ke perkuliahan, dosen udah langsung jelasin dan nanyain pendapat. Apalagi kalau misalnya ada kelas tutorial dimana waktu itu kelas tutorial saya isinya cuma empat orang! Satu saya, satu cewe Thailand, satu cewe Jepang, satu cowo Pakistan dengan tutornya Manish asal India. Baik banget tutor kita, asli!
Meskipun berbekal dengan IELTS 6.5 yang belajarnya bikin nangis-nangis, begitu sampai di perkuliahan rasanya nggak cukup. Berasa banget pas awal-awal perkuliahan struggle. Kalau yang biasanya latihan reading IELTS cuma satu bacaan, ini tuh satu mata kuliah bisa baca 2-3 jurnal. Awalnya agak kaget ajaaa hahaha
Selama kuliah kita juga ada mid-term break, dimana seharusnya waktu ini digunakan untuk catch up bahan perkuliahan, namun dimanfaatkan untuk traveling. Mental health first lol dan di Desember juga ada libur natal. Cuma ini bukan liburrr!!! Karena di waktu-waktu krusial ini, deadline tugas juga bertebaran. Yang paling penting adalah manajemen waktu. Most students be like, I'd do anything but doing my assignment *tertawa dengan sopan*. Kalau engga, bakal nugas selama liburan.
Oh iya, kepala jurusan saya itu namanya Paolo. Orangnya pintar dan santai banget. Bedanya kalau di luar ini dosennya beneran profesional. Sempat suatu ketika waktu saya mau bimbingan, ternyata si Paolo ga ngecek jadwal dan bertepatan hari itu anaknya sakit. Jadilah dia nanya saya mau di-reschedule atau gimana. Berakhir dengan reschedule dan dia yang inisiatif nanya kayak "Kalau waktunya jam segini / tanggal segini bisa ngga?" wohhh saya terkaget-kaget, soalnya kalau di Indo kebanyakan harus disembah-sembah dulu kalau ketemu. Ini inisiatif banget dosennya. Pernah juga pas jalan di kampus terus papasan dan disapa "Hey, Qistina!" ya gue bales "Hey, Paolo!" Coy panggil nama ke dosen, ikrib bet buset.
Yang membedakan kampus Indo sama luar negeri menurut saya budaya dan suasananya. Meskipun kegiatan akademis memusingkan, tapi lingkungannya membantu. Sources-nya ada, dan kalau mental bermasalah ada Student Advice and Wellbeing service juga yang bisa bantuin. Tambahan lagi, pas awal masuk ke SOAS, kita wajib ikutan Consent Training yang fungsinya untuk meningkatkan kesadaran tentang kekerasan seksual atau gender violence. Saya senang di sini orientasinya bermanfaat dan tidak ada perploncoan kayak di Indo.
Selain kegiatan akademik, saya juga ikutan kegiatan lain. Ini semua bermula ketika minggu awal di SOAS yang diisi dengan kegiatan orientasi, semacam perkenalan kampus. Ada orientasi department, jurusan, workshop, terus student fayre dimana ada macam-macam society yang lagi rekrut member baru. Saya dapat temen satu jurusan pas lagi ada orientasi department. Jadi pas duduk, ada anak India dateng terus duduk di sebelah saya. Baru ngobrol pas orientasi udah selesai dan ternyata satu jurusan! Anjayyy~ Kirain anaknya songong, tapi ternyata baik aja sih wokwokwok dasar aku judgemental. Nah, ini anak akhirnya jadi salah temen saya selama di SOAS.
Saya nyantol di silat society selama kuliah di SOAS. Ini agak random mengingat, coyyy gue dari Indo kenapa di London baru belajar silat?! Pelatih di sana heran, dan saya juga makin heran. Kok bisa-bisanya dulu ikut gabung padahal dulu iseng-iseng daftar aja bareng temen. Ceritanya gini gaes. Waktu student fayre tuh banyak kan ya society dari olahraga, akademik, agama, feminis, komunis, anime, origami, you name it! Sampailah waktu itu saya dan mba Ipeh mampir ke booth silat. Iya, silat.
Di booth silat waktu itu ada Eden, anak silat yang ternyata bukan anak SOAS dan Vikram yang merupakan salah satu pelatihnya. Pas nyampe booth itu, Vikram ramah banget. Vikram ramah bangetlah, terus ngobrol soal Indonesia dan silat, beliau tau kita dari Indo dari bentukannya wakakaka dan berakhir dengan saya daftar jadi anggota. Intinya silat society ini jadi support system saya selama kuliah di UK. Should I write a dedicated post about this silat society? 😆
Selain silat society, saya juga gabung di SOAS Indosoc yang hukumnya wajib bagi mahasiswa Indo lol di SOAS sendiri anak Indo mungkin jumlahnya sekitar 20an orang aja. Ga banyak banget, ga terlalu sedikit juga. Kegiatan Indosoc diisi dengan makan-makan, keliling London, dan kegiatan berfaedah lain seperti diskusi bersama. Kita juga mengadakan event tahunan yaitu Kembang Goyang meskipun pada saat itu tidak jadi dangdutan :( rapopo.
Selain kegiatan dua societies di atas, saya juga pernah ikutan football tournament di department saya. Jadi salah satu temen saya si Aziz yang demen banget olahraga jadi kapten buat salah satu tim yang diberi nama Dev Studies FC. Terus suatu ketika dia bilang lagi butuh pemain cewe karena ingin tim yang inklusif (jirrr inklusif ga tuh) jadi ya udah saya iyain.
Kegiatan football tournament ini diadakan di lapangan warga deket kampus. Ada beberapa tim yang ikutan termasuk juga tim dosen + staff. Secair itu emang, dan lumayan seru. Dan ternyata dosen-dosen pada jagoooo padahal dari bentuk tidak meyakinkan ternyataaa jago parah!! Gila emang pemain Italy 😂 Btw kompetisi ini ga ada hadiahnya, cuma kegiatan seru-seruan doang dari department, cuma semuanya berpartisipasi jadi ini yang bikin berkesan. Selesai kegiatan,kumpul-kumpul di bar kampus. It was quite an experience though.
Untuk yang demen bidang akademik, banyak banget kegiatan seminar di SOAS!! Ada peluncuran buku juga, ada pemeran di Brunei Gallery. SOAS will surely feed your hunger! 😂
Overall, my experience at SOAS was incredibly enjoyable. Despite of the academics lesson with expert lecturers they encourage us to think out of the box to solve the problems, to not afraid think differently. Tidak jarang juga buat meng-encourage kita untuk menemukan expertise kita sendiri. Selain itu, berjejaring dengan teman-teman yang berasal dari berbagai tempat dan berbagai budaya juga pengalaman yang menarik. Pengalaman di luar akademik juga sangat menarik. Thank you SOAS for the vibrant community! I think being in SOAS helps me to grow academically and personally, to learn and contribute. It's the chapter of my life that I always cherish.
jadi pengen kuliah di luar negeri, salam kenal mba
BalasHapus