ICN Conference 2015: Day 1

Di post sebelumnya saya sempat menulis kalau saya lulus ikutan conference ke Jakarta. Acara bernama Indonesian Culture and Nationalism (ICN) 2015 ini digelar tanggal 28 s/d 31 Mei 2015 di Jakarta.

Di sini kita bakalan mempresentasikan proyek yang udah kita bikin dalam bentuk essay, proposal dan ppt. Bayangin deh, tiap provinsi diwakili 1 orang. Jadi totalnya ada 34 orang dari 34 provinsi. Saya sendiri mewakili provinsi Kepulauan Riau.

Keajaiban bagi saya untuk bisa lolos, dan mengikuti acara yang super keren ini. Awal daftar emang nothing to lose aja, yang penting submit.. di hari terakhir ._. Kenapa? Soalnya kesempatan nggak datang 2 kali. Apalagi programnya fully funded alias gratis! Kyaaa!!! xD

Intinya beruntung banget karena bisa menjadi bagian dari ICN 2015. Ketemu sama temen-temen hebat dari berbagai provinsi di Indonesia, kemudian mendapatkan pengalaman serta pengetahuan baru. Bener kata si Haerdy kalau di ICN, realita melebihi ekspektasi.

So here I am, and the stories of ICN :3 

Kamis pagi saya berangkat ke bandara dengan tujuan Jakarta. Batam - Jakarta itu jarak tempuhnya sekitar 1 jam 45 menit. Ngomong-ngomong ini kali pertama saya terbang sendiri ke luar kota :|

Sesampainya di Soekarno-Hatta, ada tiga orang panitia berbaju merah megang kertas bertuliskan 'Delegasi ICN'. Langsung aja deh saya samperin. Sebelumnya udah banyak juga peserta yang datang, termasuk si Hagi, delegasi Sumatera Barat. Dia orang pertama yang kontak delegasi ICN lain sehabis pengumuman. At least there's someone I know :P

Saya juga kenalan sama Mena, saya lebih suka manggil dia Fajar, delegasi dari Aceh. Di bus kita ngobrol banyak tentang Aceh. Banyak banget pertanyaan yang muncul karena Aceh punya keunikan tersendiri. Apalagi tentang perdanya yang nyeleneh ._. 

Setelah peserta berkumpul di Soetta, kita diajak jalan-jalan ke Monumen Nasional (Monas). Udah beberapa kali ke Jakarta ngelewatin Monas, namun ini kali pertama mampir di sini. Di Monas saya ketemu sama Shofi yang kebetulan jadi delegasi dari Banten. 5 tahun berlalu setelah ikutan program IYLP di tahun 2010, dan akhirnya di ICN ini saya dan Shofi bisa bertemu kembali :')

"indonesian-culture-and-nationalism", "delegasi-ICN", "ICN Prasetya Mulya"
Foto ini dijarah dari FB peserta ICN lain x)

Di sini kita ngelewatin kios-kios mini berwarna oren. Mereka jualan kaos, souvenir dan lainnya. Ada yang jual makanan juga. Nah, yang ngebingungin yaitu ketika di tv ada acara gusur-gusur pedagang. I was wondering, yang digusur itu yang mana? Tau kan adegan dimana pedagang pada diusir di sekitaran Monas oleh satpol PP yang senantiasa mewarnai layar kaca? Kemudian si pedagang menangis meronta-ronta sebab dagangannya ditutup petugas? Dari yang saya lihat, kios-kios oren yang disediain udah rapi banget malah, tapi kenapa? Kenapa banyak sandiwaraaaa?!

"monas-jakarta"
Pedagang yang rapi

Setelah mengunjungi Monas, kita dibawa jalan-jalan ke Galeri Nasional yang letaknya nggak jauh dari Monas. Sebenernya deket banget malah. Berhubung Jakarta macetnya ngga ketulungan, dan jalur kendaraan juga ribet banget, akhirnya kita muterin jalan gara-gara salah jalur -_-

"ICN-Conference-2015"
Para Delegasi di Galeri Nasional. Dokumentasi: Panitia ICN

Di Galeri Nasional, kita dibagi menjadi tiga buah kelompok kecil. Waktu yang diberikan juga sebentar. 10 menit untuk keliling satu venue dikarenakan jadwal kegiatan yang padat. 

Setelah itu, kita melanjutkan perjalanan ke Prasetiya Mulya. Di sepanjang perjalanan kita juga ngerasain gimana macetnya Jakarta. Rasanya kurang afdol juga kalau nggak kena macet setibanya di Jakarta. Mungkin kalau saya tinggal di Jakarta nggak bakalan sanggup kalau harus menghadapi macet seperti ini setiap hari. Entah berapa lama waktu yang dihabiskan oleh warga Jakarta setiap harinya untuk terjebak di dalam kemacetan. Boleh sih terjebak dalam kemacetan, asal jangan sampai terjebak di dalam kesendirian aja ._.

"macet-jakarta"
Macet = Jakarta

Setibanya di Prasmul, kita makan malam dulu. Saya sempat ngobrol sama Septian, delegasi Jawa Barat. Dia bilang saya mirip dengan guru bahasa mandarinnya. Entah bagaimana caranya kita jadi ngomong pake bahasa Inggris :| We were talking in English selama jam makan malam. Senang rasanya bisa ketemu temen yang bisa diajakin latihan bahasa Inggris bareng :')

Materi setelah makan malam diisi oleh Bryan dari OTP Institute. Bukan On The Phone institute, tapi On The Point ._. Di sini kita diajarin gimana caranya mempresentasikan proyek kita secara baik dan benar. Selain itu kita juga diajarin gimana caranya membuat presentasi yang bagus. Standar power point yang kurang baik menurut masnya adalah power point dosen yang paling kita ngga suka, misalnya slides yang isinya tulisan semua IYKWIM. Jadi kita harus bikin lebih baik dari itu.

Terus ada beberapa cara juga yang dijabarin sebelum presentasi. Salah satunya adalah dengan menjadi diri sendiri biar bisa tampil percaya diri. Kemudian, kalau misalnya grogi, cara paling ampuh adalah tarik nafas. Jangan ditahan terus nafasnya, dikeluarin lagi biar nggak engap wkwkwk.

Awalnya kita nggak tau bakal nginep dimana selama acara, dan ternyata kita menginap di hotel Ibis. Dari Prasmul kita ke Ibis dianterin sama LO. LO saya namanya Jonathan. Dari sebelum berangkat ke Jakarta udah dirempongin untuk ngumpulin proposal dan ppt tepat waktu, ingetin jangan sampai ketiduran, ingetin bawa apa aja untuk ke Jakarta. Mungkin LO itu adalah salah satu tugas mulia ._.

Balik lagi soal hotel, di sana kita dibagiin kunci kamar sekalian sama roommate. Ayo siapa roomate saya? Ayo siapa? Iyak, Shofie! Hahaha. Kita kebagian di 717. Kenapa 717? Soalnya kalau 212 itu Wiro Sableng. Oke garing, skip. 

Ketika masuk di kamar ada hadiah kecil di sana. Ada tulisan selamat datang (nama saya) terus ada goody bag yang isinya buku, binder, pena, tas, kemudian KripKrip, Le Minerale, dan Teh Javana sebagai sponsor. Tiap delegasi dapat xD Yang pasti saya dan Shofie bernostalgia tentang IYLP.

Dulu kita ada kejadian bareng Shofie waktu menginap di Arlington tahun 2010. Ceritanya hari itu Shofie ultah, dan kita ngumpul bareng di kamar Debby. Kemudian saya dan teman-teman balik ke kamar untuk istirahat, sementara Shofie stayed di sana. Ngomong-ngomong waktu itu tengah malam. Kita nggak punya niat apapun terhadap si Shofie. Ngga ada, Shof! :'D 

Paginya saya dan teman-teman kaget gara-gara Bu Santi, Suzie, dan petugas hotel sudah ada di dalam kamar. Sebabnya adalah Shofie nggak bisa masuk ke kamar. Udah gedor-gedor, cuma anak-anak di dalam kamar termasuk saya tertidur pulas ._. Bukan maksudnya mau bikin prank gara-gara Shofie ultah, tapi emang murni ketiduran -__- akhirnya pintu dibukain sama petugas hotel. Saya dan teman-teman pun diceramahi setelah insiden itu :')

Untunglah selama di Ibis nggak ada kejadian serupa seperti di Arlington :'D

Komentar

Postingan Populer